Kekayaan budaya Indonesia melahirkan beragam keunikan tersendiri yang tidak akan ditemui di tempat lainnya, tidak terkecuali pada bangunan adatnya sekalipun. Bahkan Anda bisa menjumpai rumah adat Jambi tampak kokoh berdiri di tanah Provinsi Jambi.
Bangunan tradisional tersebut tampak terawat dengan baik, berkat suku Batin yang tetap mempertahankan dengan baik adat istiadat yang telah diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Alhasil rumah tersebut pun hingga kini masih eksis di tanah Jambi.
Bangunan adat khas Jambi atau biasa disebut Rumah Kajang Leko ini berasal dari 60 keluarga atau tumbi, yang kemudian pindah menuju Koto Rayo. Berbeda layaknya hunian pada umumnya, berkat gaya arsitekturnya yang unik dan terjaga dengan baik hingga saat ini.
Apabila Anda penasaran dengan keindahan bangunan serta penasaran ingin mengulik lebih dalam terkait gaya arsitektur pada setiap bangunannya, silahkan simak ulasan berikut.
Gaya Arsitektur Rumah Adat Jambi
Dilihat sekilas Anda sudah bisa mengetahui jika Rumah Kajang Leko memiliki tampilan bak bangunan adat Nusantara pada umumnya, yang berupa rumah panggung. Namun yang membedakannya yaitu bangunannya yang dibuat lebih tinggi.
Selain dijadikan sebagai daya tarik utama dan meningkatkan penampilan bangunannya sendiri, ternyata tingginya bangunan bermanfaat ketika banjir bandang tiba tanpa ada pertanda sebelumnya. Alhasil semua perabotan dan penghuninya tetap aman dan nyaman di dalamnya.
Apabila dilihat dari tampilan luarnya saja, Anda bisa memahami jika rumah adat Jambi tidaklah dibuat sembarangan. Pasalnya desain bangunannya dibuat khusus untuk menghindari adanya serangan musuh berbahaya, seperti serangan dari binatang buas.
1# Konstruksi Rumah Adat Jambi
Desainnya yang begitu menawan ini ternyata berkat ide konsep Marga batin. Dimana bangunannya berbentuk persegi panjang berukuran sekitar 12 x 9 meter, serta ditopang menggunakan 30 tiang dengan ukuran yang cukup besar.
Sejumlah tiang penompang tersebut dibagi menjadi 24 tiang utama, sedangkan 6 tiang sisanya merupakan tiang pelamban. Semua tiang tersebut bersatu padu agar bangunannya tetap kokoh walaupun diterjang berbagai cuaca sekalipun.
Desain bangunannya berupa rumah panggung, dengan kata lain penghuni rumah harus menaiki sejumlah anak tangga terlebih dahulu untuk bisa masuk ke dalam bangunannya. Jika pada umumnya bangunan hanya dilengkapi dengan satu tangga, tidak dengan rumah satu ini.
Rumah tradisional satu ini dilengkapi dengan dua tangga dengan fungsi berbeda, dimana tangga yang berada di sebelah kanan difungsikan sebagai tangga utama. Sedangkan tangga yang berada di sebelah kiri bangunannya digunakan sebagai tangga penteh.
Hal unik lainnya bisa ditemukan pada bagian konstruksi pada bagian atapnya yang terlihat unik dan tidak bisa ditemukan di bangunan adat lainnya. Disebut demikian, lantaran atapnya dijuluki sebagai gajah mabuk yang diambil dari nama sang pembuat desain atapnya.
Apabila dilihat lebih teliti, kemungkinan Anda akan menyadari bahwa bubungan atapnya bak perahu yang memiliki ujung atas tampak melengkung. Bagian atapnya ini terbuat dari anyaman ijuk untuk berikan melindungi bagian dalam bangunannya.
Lengkungan pada atapnya disebut potong jerambah atau biasa disebut lipat kejang. Hal yang tidak kalah menarik diperhatikan yaitu bagian dinding Rumah Kajang Leko yang tampak elok, berkat adanya sejumlah hiasan berupa ukiran cantik pada permukaan kayunya.
Keelokan bangunannya semakin terlihat jelas ketika memandangi bagian langit langit bangunannya. Sebab langit bangunannya sendiri terbuat dari material khusus bernama tebar layar, yang merupakan sebuah plafon pemisah antara ruang loteng dan ruangan bawahnya.
Umumnya penghuni akan memanfaatkan ruang loteng untuk menyimpan beragam barang yang sekiranya masih dibutuhkan. Untuk menuju ruangan loteng tersebut, Anda harus menaiki beberapa anak tangga patetah terlebih dahulu.
2# Jumlah Ruangan Rumah Adat Jambi
Hampir serupa layaknya bangunan pada umumnya, rumah adat Jambi juga dilengkapi dengan berbagai ruangan. Dimana setiap ruangannya dibangun dengan maksud dan fungsi berbeda, serta memiliki makna khusus yang membuatnya semakin menarik untuk dikupas.
Secara garis besar, bangunan tradisional khas Jambi ini dibagi menjadi 8 ruangan yang terdiri dari ruang gaho, pelamban, ruang masinding, ruang balik menahan, ruang balik melintang, ruang bawah, dan juga ruang atas.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, dimana setiap ruangannya dihadirkan dengan maksud tersendiri. Untuk mengupasnya lebih dalam, silahkan simak ulasan singkat mengenai berbagai ruangan bangunan adat khas Jambi berikut.
- Ruang Gaho
Ruangan satu ini berada tepat di bagian ujung sebelah kiri dari bangunannya, dan tampak memanjang. Dibuat memanjang, karena ruangan tersebut berisikan beberapa ruangan khusus untuk memenuhi kebutuhan harian penghuninya.
Beberapa ruangan yang dimaksudkan yaitu dapur, ruang penyimpanan khusus, serta ruang tempat air. Dengan kata lain, ketiga ruangan tersebut tampak menyatu tanpa adanya sekat dinding khusus.
- Ruang Pelamban
Ruangan satu ini berlokasi tepat di sebelah kiri pada bangunan induknya. Uniknya, lantai pelamban dibuat dari material bambu belah yang sebelumnya telah melewati proses pengawetan.
Setelah pengawetan dirasa cukup, bambu tersebut kemudian dipasang dengan adanya sedikit jarak antara bambu satu dan lainnya. Celah kecil tersebut dapat membantu aliran air menuju ke arah bawah.
- Ruang Masinding
Sebenarnya ruangan satu ini bisa disebut sebagai serambi depan, yang kerap dijadikan sebagai tempat menjamu para tamu yang datang berkunjung. Disebutkan bahwa ruangan satu ini berkaitan erat dengan masinding.
Sedangkan dalam musyawarah adat, umumnya ruangan ini akan dialihfungsikan menjadi ruangan duduk khusus bagi para lelaki saja. Sehingga para lelaki dan wanita tidak akan bercampur menjadi satu.
- Ruang Tengah
Mendengar dari namanya saja, kita dapat mengetahui bahwa ruangan satu ini berada tepat di tengah rumah adat Jambi. Lebih tepatnya ruang tengah ini berada diantara ruang masinding, hanya saja tanpa dilengkapi sekat dinding.
Apabila saat pelaksanaan upacara adat ruang masinding dipergunakan untuk tempat duduk para lelaki, maka para wanita dipersilahkan untuk duduk santai di bagian ruang tengah. Walaupun tanpa dinding pemisah, para peserta adat mengetahui batasannya.
- Ruang Balik Melintang
Ruangan satu ini berada tepat di bagian ujung dan berada tepat di sebelah kanan bangunannya. Umumnya ruangan tersebut dibuat dengan menghadap ke arah ruang tengah serta ruang masinding.
Cukup mudah untuk mengenali ruang balik melintang, lantaran lantai ruangannya terlihat lebih tinggi dibandingkan lainnya serta memiliki ukuran berkisar 2 x 9 meter. Dibuat sedikit istimewa dan berbeda, pasalnya ruangan ini dianggap ruang utama.
Dengan kata lain, ruangan istimewa ini tidak boleh ditempati sembarang orang tanpa adanya izin sebelumnya. Wajar saja jika ruangan tersebut kemudian dibuat berbeda dan mudah dikenali daripada ruangan lain di dalam bangunannya.
- Ruang Balik Menahan
Berbeda sekali dengan ruang balik melintang, pasalnya ruangan satu ini disebut sebagai serambi yang telah dilengkapi d sejumlah ruangan dengan fungsi berbeda.
Beberapa ruangan yang masuk sebagai ruang balik menahan terdiri dari ruang makan, ruang tidur khusus anak gadis, serta ruang beristirahat bagi pasangan suami istri alias sang pemilik hunian tersebut.
- Ruang Atas atau Peteh
Sesuai dengan namanya ruangan satu ini berlokasi di bagian atas bangunan. Sebenarnya tempat ini bak plafon dan berada tepat diantara atap dan bagian bawahnya.
Umumnya ruang atas ini difungsikan sebagai tempat penyimpanan barang yang dianggap masih berguna di masa mendatang. Apabila barang tersebut dibutuhkan kembali, maka sang pemilik rumah hanya perlu mengunjungi ruang atas.
- Ruang Bawah atau Bauman
Selain dilengkapi dengan ruang atas, bangunan ini juga memiliki raung bawah yang tidak berlantai dan tidak pula berdinding. Umumnya ruangan unik ini dipergunakan untuk menyimpan barang barang tertentu.
Di tempat ini pula, sang pemilik rumah akan mengolah aneka bahan masak menggunakan aneka rempah pilihan, untuk membuat kuliner lezat ketika akan mengadakan perayaan pesta maupun melangsungkan beragam kegiatan lainnya.
Baca Juga : Rumah Adat Sumatera Barat
3# Ornamen Rumah Adat Jambi
Hal unik dan menarik yang tidak luput dari perhatian yaitu ornamen rumah adat Jambi. Berkat hiasan dan ornamennya, alhasil bangunan satu ini tampak cantik dan mengandung nilai seni tinggi yang tidak ditemukan pada bangunan adat lainnya.
Ornamen tersebut berupa ukiran dengan beragam motif berbeda dan dibuat dengan penuh ketelatenan. Pemberian ukiran berupa motif flora sebenarnya melambangkan bahwa hutan memiliki peran penting bagi masyarakat Jambi.
Beberapa jenis motif floranya terdiri dari tampuk manggis, bungo jeruk, serta bungo tanjung. Setiap motif ukirannya yang unik nan menawan tersebut, bisa ditemukan di beberapa sudut ruangan dan mengandung makna berbeda.
Dimana motif bungo tanjungnya kerap ditemukan pada bagian depan masinding, sedangkan untuk motif bungo jeruk lebih sering ditemukan pada luar rasuk atau belandar serta di atas pintu rumah Kajang Leko.
Bukan sekedar ukiran berupa motif flora semata, namun ukiran tersebut diberikan warna tertentu yang berhasil meningkatkan kecantikannya. Hanya dengan memandangnya, Anda bisa mengetahui bahwa ukiran tersebut bukanlah sekedar ornamen semata.
Sedangkan untuk motif floranya, masyarakat mmiliki ukiran motif ikan sebagai pilihan terbaiknya. Pasalnya ukiran bergambarkan ikan tersebut melambangkan jika masyarakat Jambi berprofesi sebagai nelayan.
Unikya ukiran motif fauna tidak diberikan warna layaknya motif flora, namun motif bergambar ikan tersebut akan diukir pada bendol gaho dan ruang balik melintang. Bahkan hiasan ini telah distilir dari dedaunan yang dilengkapi dengan bentuk sisik ikan.
Lihat Juga : Rumah Adat Sunda
4# Susunan Dengan Rumah Adat Jambi Lainnya
Ketika berkunjung ke Provinsi Jambi, wisatawan seakan dibuat takjub tiada henti ketika melihat bangunan tradisional khasnya. Bukan tanpa alasan, pasalnya Anda bisa melihat sederet rumah Kejang Lako dibangun berderet memanjang pada satu kompleks.
Bahkan setiap ruamhnya dibuat saling berhadapan satu sama lain dan diberikan sekat dengan jarak antar rumahnya berkisar 2 meter saja. Sedangkan di setiap bagian belakang huniannya ditemukan sebuah bangunan khusus.
Ternyata bangunan yang berada di belakang rumah adat Jambi ini, difungsikan sebagai ruangan menyimpan hasil panen berupa padi. Masyarakat Jambi umumnya menyebut bangunan istimewa tersebut sebagai lumbung ataupun bilik.
Apabila Anda tertarik untuk melihat keunikan dan kecantikannya dari dekat, silahkan berkunjung ke daerah pedesaan Provinsi Jambi atau lebih tepatnya di Jambi Seberang. Lokasi tersebut merupakan jalan ketika hendak menuju Jembatan Gentala Arasy.
Bahkan hingga kini, rumah tradisional tersebut tampak kokoh berdiri dan selalu berhasil menyita perhatian wisatawan. Setelah melihatnya secara langsung, dijamin siapapun yang melihatnya tidak akan pernah melupakannya.
Masyarakat Jambi hingga kini menjaga warisan budaya tersebut dengan baik, sehingga tugas kita semua yaitu turut membantu dalam membudidayakannya dengan langkah sederhana baik dengan tidak merusaknya ataupun mengenalnya lebih dalam.