Indonesia terkenal akan keberagaman kebudayaan dan sukunya, salah satunya suku Betawi yang sebagian besar penduduknya berdomisili di DKI Jakarta dan sekitar kota Jakarta seperti Depok dan Bogor.
Selain keunikan pada bahasa dan budayanya, rumah adat Betawi tidak kalah menarik untuk dikupas lebih dalam mengingat arsitektur dan filosifi pembangunannya sendiri tidak dibuat sembarangan.
Setidaknya rumah adat satu ini dibagi menjadi 3 bagian, dimana setiap rumahnya memiliki keunikan tersendiri. Untuk mengenal sejarah dan material bangunannya lebih dekat, simak ulasan berikut.
Jenis Rumah Adat Khas Betawi
Dahulu keturunan suku betawi membangun sebuah rumah hunian untuk berlindung sekaligus sebagai tempat beristirahat di tanah Batavia, yang sekarang telah berganti nama menjadi kota Jakarta.
Selain tersebar luas di tanah Jakarta, ternyata Anda juga bisa menemukan rumah unik tersebut tersebar di sekitar kota Depok maupun kota Bogor yang masih berlokasi tidak jauh dari kota Jakarta itu sendiri.
Rumah hunian khas suku Betawi dibagi menjadi tiga jenis yang terdiri dari rumah kebaya, rumah joglo, dan rumah gadang. Ketiga jenis rumah tersebut memiliki ciri khas pada gaya arsitektur hingga dekorasi yang disematkan.
Namun secara resmi rumah adat kebayalah yang masuk dalam daftar rumah adatnya. Sedangkan pemberian namanya sendiri terinspirasi dari bentuk atapnya yang menyerupai kebaya apabila dilihat dari arah samping.
Namun bukan berarti kedua jenis rumah khas Betawi lainnya tidak menarik untuk dikupas lebih dalam. Apabila Anda tertarik untuk mengenal ketiga jenis rumah tradisional tersebut, ada baiknya untuk menyimak ulasan berikut.
1. Rumah Kebaya
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa rumah kebaya memiliki ciri khas pada bagian atapnya yang berbentuk bak kebaya. Tentu saja sangat berbeda dengan bentuk atap hunian modern pada umumnya.
Sebenarnya atapnya berbentuk bak pelana yang dilipat, namun jika dipandang dari samping justru lipatan tersebut terlihat bak lipatan kebaya. Justru keunikan bentuk atapnya inilah yang menjadi daya tarik tersendiri dan membedakannya dari rumah adat Betawi lainnya.
Fungsi Setiap Ruangan Rumah Kebaya
Sedangkan bagian arsitektur rumahnya akan mengingatkan Anda pada rumah joglo dengan atap yang berbeda. Rumah hunian bersejarah ini ternyata terdiri dari beberapa ruangan yang memiliki fungsi berbeda layaknya hunian pada umumnya.
- Paseban : Ruangan satu ini berbentuk bak kamar tidur yang difungsikan sebagai tempat menginap bagi para tamu baik saudara maupun sahabat. Sedangkan di hari biasa umumnya ruangan ini difungsikan untuk ibadah.
- Ruang Tidur : Layaknya ruangan pada sebuah hunian pada umumnya, rumah satu ini juga dilengkapi dengan 4 ruangan khusus tempat tidur. Umumnya sang pemilik hunian akan menempati kamar utama yang berukuran paling besar.
Ruangan utamanya tersebut nantinya akan diisi oleh kedua orang tua, sedangkan sisanya diperuntukkan khusus untuk anak anaknya. Dimana setiap anak akan mendapatkan kamar pribadi untuk menjaga privasinya.
- Pangkeng : Hunian satu ini juga dilengkapi dengan ruangan Pangkeng yang berfungsi sebagai ruangan dimana seluruh anggota keluarga akan berkumpul dan bersantai bersama.
Bahkan ruangan satu ini menjadi tempat favorit, dimana seluruh anggota keluarga akan menjadi lebih akrab usai seharian penuh beraktifitas. Nuansa ruangannya pun tampak hangat dan dekat.
- Srondoyan : Ruangan satu ini lebih dikenal sebagai dapur yang umumnya berlokasi di bagian paling belakang hunian dan umumnya menyatu dengan ruangan makan. Disinilah tempat pengoahan aneka kuliner lezat siap santap bersama keluarga akan dibuat.
- Teras : Sedikit berbeda dengan hunian lainnya, teras rumah adat Betawi tampak lebih luas dan lapang. Di teras tersebut ditemukan kursi dan meja yang berfungsi sebagai tempat beristirahat sekaligus bersantai bersama keluarga.
Tidak jarang pula sang penuhi hanya duduk santai sembari menikmati nuansa sekitar untuk melepaskan penat. Di tempat ini pula, sang pemilik rumah akan menjamu para tamu yang berkunjung.
Material Rumah Kebaya
Dahulunya masyarakat suku Betawi yang menempati hunian tradisional tersebut dijuluki sebagai golongan orang terpandang. Proses pembuatan huniannya sendiri menggunakan material yang tidak boleh dibuat sembarangan.
1. Material Atap
Bagian atap gentengnya yang terbuat dari tanah liat, namun ada pula yang membuatnya dari bahan anyaman daun kirai. Sedangkan konstruksi kuda kuda serta gordingnya sendiri menggunakan kayu kecapi ataupun kayu kecapi.
Bagian Reng (dudukan atap genteng) terbuat dari bambu yang dibelah, sedangkan kaso berfungsi sebagai dudukan rengnya terbuat dari bambu utuh. Dalam pemasangan keduanya membutuhkan bambu tali yang terbuat dari bambu.
Bambu tersebut kemudian dibelah menjadi beberapa bagian untuk dijadikan sebagai tali. Tentu saja proses pembuatannya sendiri tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang, yang artinya memang dibutuhkan sang ahli agar awet dan kokoh.
2. Material Dinding
Salah satu keunikan lainnya terletak pada material dindingnya yang menggunakan kayu gowok atau kayu nangka. Dimana kayunya akan dilapisi cat dinding huniannya dengan warna cerah seperti kuning maupun hijau segar.
Namun ada beberapa bagian dindingnya yang terbuat dari anyaman bambu berkulitas tinggi. Keunikan lainnya ditemukan pada bagian belakang pintu dan jendelanya yang berukuran amat besar, serta dilengkapi lubang udara.
Diharapkan dengan adanya lubang udara ini, sirkulasi udara setiap ruangan menjadi lebih baik dan terasa segar. Ketika perputaran udara terjaga dengan baik, penghuninya pun bisa merasakan kenyamanan selagi beristirahat di dalam rumahnya.
3. Material Struktur
Begitu pula pada pondasi rumahnya yang terbuat dari susunan batu kali menggunakan sistem umpak, berbeda halnya dengan landangan dindingnya yang menggunakan pasangan batu bata layaknya hunian modern.
Pada bagian kolong bangunannya, akan dibuat menggunakan dari bahan kayu nangka berkualitas agar tetap kokoh tanpa ditandai mulai dimakan usia. Wajar saja jika bangunan satu ini kokoh berdiri selama bertahun tahun lamanya.
Nilai Filosofi Rumah Kebaya
Berdasarkan informasi pada ulasan di atas, dapat disimpulkan bahwa rumah adat Betawi tidak dibuat dengan sembarangan. Contohnya saja dari bagian terasnya yang terlihat lapang dan dilengkapi dengan meja dan kursi.
Ruangan tersebut mengandung artian bahwa orang suku Betawi memiliki sifat terbuka, dan gemar menghargai tamu yang datang ke huniannya tanpa pernah membeda bedakannya darimana asal tamu tersebut.
Siapapun yang berniat bertamu ke huniannya, sang pemilik rumah akan menyambutnya dengan ramah dan terima dengan baik. Bahkan adanya perbedaan keyakinan ataupun berbeda suku, mereka akan tetap menerimanya dengan tangan terbuka.
Uniknya orang Betawi justru terlihat lebih antusias menerima tamu dari perbedaan keragaman etnis tanpa terkecuali, yang membuat para tamunya betah bertamu kembali di lain waktu.
Jika diperhatikan kembali, para tamu pastiya menyadari jika hunian satu ini diberikan perlindungan berupa pagar mengelilingi rumah. Pagar tersebut memiliki makna sebagai adanya batasan walaupun orang Betawi sendiri memiliki sifat terbuka sekalipun.
Kondisi ini ini juga menandakan bahwa mereka dapat membedakan hal positif dan hal negatif. Sayangnya budaya satu ini mulai luntur dimakan jaman akibat banyaknya budaya luar yang mulai masuk perlahan.
Apabila masyarakat mulai kurang peduli dengan kebudayaannya sendiri, kemungkinan besar perlahan namun pasti budaya asli Indonesia luntur dimakan jaman.
Namun masyarakat suku Betawi memiliki sebuah filosofi yang hingga kini dipegang, dimana mereka akan tetap menerima berbagai kebudayaan baik dan akan meninggalkan kebudayaan yang dianggap buruk.
Baca Juga : Rumah Adat Jawa Barat
2. Rumah Joglo
Sekilas tampilan rumah joglo khas Betawi akan mengingatkan Anda dengan rumah adat Khas Jawa. Konon hunian satu ini memang terinspirasi dari bangunan khas Jawa, sehingga bisa merasakan sedikit kemiripan di beberapa bagian.
Penting untuk diketahui bahwa bangunan ini tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang, yang berarti bangunan ini hanya dihuni oleh kaum bangsawan berstatus sosial tinggi saja. Tidak mengherankan jika bangunannya dibuat menggunakan bahan berkualitas tinggi.
Selain difungsikan sebagai tempat berteduh dan beristirahat bagi seluruh anggota keluarga, rumah adat Betawi ini kerap dijadikan sebagai tempat menjamu tamu yang datang dari berbagai daerah yang dianggap terhormat oleh masyarakat.
Sehingga bukan menjadi pemandangan asing jika seseorang yang dianggap penting, terlihat beberapa kali mengunjunginya dan duduk santai di bagian teras sembari berbincang santai.
Fungsi Setiap Ruangan Rumah Joglo
Keunikan rumah tradisional khas Betawi berbentuk bujur sangkar dan dilengkapi dengan beberapa ruangan yaitu ruang depan, ruangan bagian tengah, dan ruangan bagian belakang yang memiliki fungsi berbeda.
Rumah tradisional satu ini ditemukan di tengah kota, dan bahkan kini sudah menyesuaikan dengan keadaan lingkungan di sekitarnya. Sehingga tidak terlalu sulit untuk menemukannya di beberapa sudut kota Jakarta.
- Serambi : Ruangan satu ini difungsikan sebagai tempat menjamu para tamu penting yang sengaja datang dari jauh. Disinilah sang pemilik rumah dan tamunya akan bercengkrama ria, sembari membahas hal penting ataupun sekedar berkunjung biasa.
- Ruangan Tengah : Ruangan bagian tengah hunian kerap dijadikan sebagai ruang makan, ruang kamar tidur, serta ruang khusus agar semua anggota keluarga berkumpul santai.
- Ruangan Belakang : Khusus untuk ruangan bagian belakang lebih difungsikan sebagai dapur dan kamar mandi layaknya bangunan hunian pada umumnya.
3. Rumah Gadang
Rumah Gadang disebut sebagai salah satu warisan budaya Betawi yang wajib dilestarikan. Dibandingkan kedua jenis rumah tradisional khas Betawi sebelumnya, bisa dikatakan bahwa Rumah Gadang terbilang tidak tersentuh dengan budaya asing.
Pasalnya bangunan satu ini umumnya dibangun di pedalaman yang sangat jauh dari pusat kota Jakarta alias terpencil. Alhasil bangunan satu ini pun tampak otentik dan begitu kental dengan nuansa Betawi.
Lihat Juga : Rumah Adat Jawa Tengah
Material Rumah Gadang
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa rumah adat Betawi satu ini masih sangat jauh terpaan budaya asing, dan sangat terlihat dari material yang digunakan dalam pembuatan huniannya sendiri.
1. Material Atap
Keunikan hunian satu ini terlihat dari bentuk atapnya yang sedikit miring dibandingkan atap bagunan pada umumnya. Dimana bentuk atapnya bak pelana kuda yang tersusun dari beberapa kerangka kuda kuda.
Namun siapa sangka jika atapnya memang dibuat sengaja terlihat lebih miring atau disebut marfis, dengan maksud memberikan perlindungan dari sinar matahari berlebih ataupun menghalangi air hujan yang masuk ke dalam hunian.
Anda bisa melihat adanya perisai jurai pada bagian atapnya yang tampak terpasang rapi yang justru membuatnya tampak lebih unik.
2. Material Struktur
Bangunan tradisional satu ini memiliki ciri khas pada desainnya yang berbentuk persegi panjang. Namun secara keseluruhan, bagian bangunannya tidak jauh berbeda layaknya hunian adat pada umumnya.
Secara garis besar bangunan satu ini dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian depan dan tengah saja, karena bagian belakangnya sudah menyatu dengan bagian tengahnya.
Setiap suku yang ada di Indonesia umumnya memiliki keunikan tersendiri, tidak terkecuali rumah tradisional khas Betawi.
Walaupun kini sudah mulai tergerus oleh zaman, namun sebagai salah satu warisan budaya nusantara masyarakat harus membudidayakannya agar tetap terjaga dengan baik.
Mengenal sejarah singkat hingga mengetahui ciri khas pada rumah tradisionalnya, dianggap sebagai salah satu menjaga kelestariannya.