Indonesia termasuk negara yang memiliki segudang warisan dari beragam suku dan budayanya, dimana salah satunya terlihat dari adanya rumah adat Bengkulu. Bukan sekedar hunian semata, pasalnya setiap detail bangunan memiliki nilai filosofinya sendiri.
Rumah tradisional khas Bengkulu dijuluki sebagai rumah bumbungan tinggi, sedangkan masyarakat Bengkulu sendiri gemar menjulukinya sebagai rumah Bubungan Lima. Nama ini terinspirasi dari bentuk atapnya yang unik dibandingkan hunian pada umumnya.
Sebenarnya masyarakat Bengkulu sendiri memiliki beberapa julukan lainnya untuk si bangunan tradisional khas Bengkulu satu ini. Misalnya saja seperti Bubungan Haji, Bubungan Jembatan, dan juga Bubungan Limas.
Dilihat sekilas, bangunan satu ini terlihat bak rumah panggung karena ditopang dengan beberapa tiang. Apabila Anda tertarik mengenalnya lebih dekat, silahkan simak ulasan mengenai stuktur hingga filosofis dari Bangunan Bumbungan Lima berikut.
Struktur Rumah Adat Bubungan Lima
Provinsi Bengkulu disebut sebagai daerah yang berada tepat di jalur gempa. Menyadari tingginya pontensi terkena dampak gempa, masyarakat Bengkulu memutar otak agar bangunan yang telah dibuat tahan terhadap goncangan bumi.
Berkat jerih payah tersebutlah, muncullah rumah Bubungan Lima yang berupa bangunan panggung berdesain khusus yang disesuaikan dengan kondisi alamnya. Dan benar saja, bahkan hingga saat ini rumah hunian satu ini masih berdiri kokoh.
Desain tahan gempa tersebut didapatkan dari adanya tiang penyangga sebanyak 15 buah dengan tinggi berkisar 1.8 meter. Beberapa tiang penyangga pada rumah adat Bengkulu kemudian ditumpangkan di bagian atas batu datar berukuran besar.
Bukanlah sekedar hiasan semata, ternyata batu datar tersebut berfungsi sebagai peredam ketika goncangan gempa datang tanpa diundang. Bahkan kehadiran batu datar mencegah tiang lapuk tertalu cepat, sehingga tiangnya akan tetap berdiri kokoh menompang bangunannya.
Sedangkan bangunannya sendiri umumnya dibuat menggunakan kayu kemuning atau lebih dikenal sebagai kayu balam. Kayu ini terpilih sebagai material pembuatan bangunan tradisional khas Bengkulu, lantaran karakter kayunya yang lentur.
Walaupun terkesan lebih lentur dibandingkan jenis kayu pada umumnya, uniknya bagian kayunya memiliki daya tahan kuat bahkan hingga ratusan tahun kemudian. Berkat kelebihannya inilah, masyarakat Bengkulu kemudian menjadikannya sebagai bahan utama pembuatan bangunan.
Berbeda pada baian lantai huniannya yang terbuat dari papan yang sebelumnya telah diserut, hingga permukaannya terasa lebih halus dan aman digunakan. Pada bagian atap rumahnya dibuat menggunakan ijuk dari pohon enau atau kerap disebut sirap.
Sebelum masuk ke dalam bangunannya, Anda bisa melihat beberapa anak tangga tampak menyambut di bagian depan bangunannya. Dimana jumlah anak tangganya dibuat ganjil, lantaran berkaitan erat dengan kepercayaan masyrakat setempat.
Apabila dilihat secara umum, struktur rumah Bubungan Lima sendiri dibagi menjadi beberapa bagian. Mulai dari bagian atas, bagian tengah, dan bagian bawah yang dimana memiliki fungsi berbeda untuk setiap bangunannya.
Ciri Khas Rumah Adat Bubungan Lima
Hanya dengan melihatnya sekilas, kemungkinan Anda menyadari bahwa Bubungan Lima sedikit berbeda dengan hunian pada umumnya. Pasalnya bangunan khas Bengkulu satu ini memiliki ciri khas yang menjadikannya berbeda dengan rumah tradisional di daerah lainnya.
Ciri khas rumah adat Bengkulu yang pertama, ditemukan pada bentuk atapnya yang berbentuk limas serta memiliki ketinggian mencapai 3.5 meter. Ciri khas selanjutnya terlihat dari banyaknya tiang penyangga yang justru membuatnya semakin gagah nan kokoh.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa tiang tersebut berfungsi sebagai penyangga sekaligus meredam adanya goncangan gempa. Keunikan lainnya dapat ditemukan pada bagian depan bangunannya, yang dihiasi dengan sejulah anak tangga berjumlah ganjil.
Selain dari tampilan arsitekturnya, namun siapa sangka jika proses menaikkan Bumbungan satu ini harus melewati sebuah tradisi unik terlebih dahulu. Tentu saja tradisi ini hanya dilakukan oleh masyarakat Bengkulu dan tidak ditemukan di daerah lainnya.
Ritual khas tersebut dilangsungkan dengan maksud menolak balak bagi sang penghuni rumah tersebut. Uniknya proses ritual tidak dilakukan dengan memanjatkan doa semata, namun masyarakat akan menggantungkan berbagai hasil pertanian pada Bumbungan rumah.
Beberapa hasil pertanian yang umumnya akan digantungkan seperti setandan pisang mas, sebatang tebu hitam, setawar sedingin, serta dibagian tulangnya akan diberikan sehelai kain putih yang sebelumnya telah dirajah terlebih dahulu.
Bagian Rumah Adat Bengkulu Bubungan Lima
Dari kejauhan, Anda sudah bisa melihat keindahan dan keunikan Bubungan Lima yang membuatnya terlihat beda dibandingkan bangunan tradisional lainnya. Apabila dilihat dari fungsinya sendiri, susunan bangunannya dibagi menjadi beberapa bagian.
Beberapa bagian rumah adat Bengkulu yang dimaksudkan terdiri dari bagian hall, berendo, bilik gedang, bilik gadis, ruang tengah, ruang makan, gerigik, serta dapur yang memiliki ukuran berbeda dan telah disesuaikan dengan kebutuhan penghuninya.
1# Hall
Ruangan satu ini merupakan tempat dimana sang pemilik rumah akan menerima tamunya. Sayangnya ruangan ini hanya untuk menyambut tamu yang dianggap sudah sangat akrab ataupun sudah dikenal baik.
Dengan kata lain, tempat ini hanya digunakan ketika terdapat tamu dari kerabat ataupun tokoh yang disegani di daerah tersebut. Di tempat ini pula, umumnya akan digunakan sebagai titik berkumpul bersama keluarga besar untuk bercengkrama.
Selain difungsikan sebagai tempat menjamu tamu, ternyata ruangan ini kerap difungsikan sebagai tempat berkumpul keluarga ketika malam hari tiba. Dengan kata lain, seluruh anggota keluarga dapat menunggu waktu istirahat sambil bercengkrama santai.
Bahkan tempat ini pun kerap dijadikan sebagai ruangan belajar anak sekaligus menjadi tempat untuk bermufakat. Dari informasi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ruangan satu ini bersifat multifungsi.
Baca Juga : Rumah Adat Sumatera Barat
2# Beredo
Walaupun fungsi utamanya hampir serupa dengan ruangan Hall, namun perlu diketahui bahwa beredo hanya dijadikan sebagai tempat untuk menerima tamu yang dikenal saja.
Umumnya tamu yang datang pun tidak singgah terlalu lama, sehingga hanya datang sekilas untuk kemudian melanjutkan perjalanannya kembali sesudah menyampaikan maksud kedatangan bertamu ke hunian tersebut.
Tempat ini pun kerap difungsikan sang pemiliknya sebagai tempat ideal untuk bersantai, sembari menikmati kesegaran udara pagi ataupun semilir angin sore yang terasa menenangkan bersama dengan keluarga tercinta.
Masih di tempat yang sama, ruangan satu ini juga kerap difungsikan sebagai tempat khusus bermain anak. Sehingga mereka akan mendapatkan tempat tersendiri untuk mengeksplorasi lebih luas serta memiliki kebebasan untuk berkreasi.
3# Bilik Gedang
Setiap hunian pribadi umumnya memiliki sebuah kamar utama berukuran dua kali lebih besar dibandingkan kamar istirahat lainnya, tidak terkecuali untuk bangunan bersejarah satu ini.
Kamar utama tersebut nantinya akan ditempati oleh sepasang suami istri bersama dengan sang buah hati yang belum disapih. Setelahnya sang anak akan diberikan kamar tidur sendiri untuk mendapatkan privasinya sendiri.
4# Bilik Gadis
Dilihat dari pemberian namanya saja, kita sudah bisa mengira bahwa bilik satu ini diperuntukkan khusus sebagai tempat gadis dalam keluarga beristirahat. Umumnya ruangan khusus satu ini akan berada bersebelahan dengan kamar utama.
Ruangan ini memang sengaja diletakkan berdekatan dengan ruangan utama, sebagai bentuk antisipasi sekaligus menjaga keamanan anak gadis tercinta. Sehingga para orang tua dapat segera mendatanginya ketika anak gadisnya membutuhkan mereka.
5# Ruang Tengah
Ruang pada rumah adat Bengkulu ini berada di bagian tengah bangunan. Namun terdapat keunikan yang membedakan ruang tengah pada Bubungan Limas dengan bangunan di daerah lainnya.
Keunikan tersebut terlihat dari tidak adanya perabotan ataupun furnitur sedikitpun di ruang tengah, layaknya hunian pada umumnya alias disengaja untuk dikosongkan begitu saja. Sedangkan di bagian sudut ruangannya terlihat tikar tergulung rapi.
Tikar tersebut berfungsi nantinya akan digunakan sebagai alas tempat duduk, ketika sang pemilik rumah hendak menjamu tamu dari ibu rumah tangga, ataupun keluarga dekat sang gadis. Alhasil ruangan tampak lenggang dan nyaman dijadikan tempat bercengkrama.
Ruangannya yang luas dapat menampung beberapa orang sekaligus, sehingga tidak perlu takut akan berdempetan satu sama lain. Suasana ruangan ini pun terasa hangat dan nyaman, berkat dari senda gurau yang terselip di setiap pembicaraan.
Lalu bagaimana jika tidak ada satupun tamu yang berkunjung pada hari ini ? Ruangan satu ini, akan beralih fungsi sebagai tempat dimana si bujang akan merebahkan diri untuk beristirahat sejenak selama berada di rumah.
6# Dapur
Ruangan satu ini wajib dimiliki oleh setiap hunian pribadi. Dimana ruangan ini merupakan tempat dimana segala bahan makanan kemudian diolah menjadi aneka kuliner lezat untuk mengisi perut yang keroncongan.
Selain sebagai ruang mengolah makanan, penghuni akan menjadikannya sebagai ruang penyimpanan beragam bahan makanan maupun bumbu dapur. Ruangan khusus ini dapat ditemukan diantara garang dan ruang makan.
7# Ruang Makan
Layaknya hunian pada umumnya, bangunan tradisional khas Bengkulu juga dilengkapi dengan ruang makan. Ruangan khusus untuk menikmati hidangan sekaligus menjadi titik kumpul keluarga ini pun terasa hangat dan nyaman.
Ruangan satu ini biasanya berada tepat di sebelah ruangan dapur. Sehingga setiap olahan kuliner yang telah matang, bisa segera dihidangkan di meja makan yang kemudian disantap bersama dengan keluarga tersayang.
Lihat Juga : Rumah Adat Riau
8# Gerigik atau Garang
Ruangan yang tidak kalah menarik dikupas selanjutnya yaitu Gerigik. Ruangan khusus ini berfungsi sebagai tempat tempayan air bersih untuk memenuhi kebutuhan harian bagi pemilik huniannya.
Dengan kata lain ruangan ini umumnya dijadikan sebagai tempat khusus untuk mencuci perabotan yang kotor, ataupun membersihkan beragam peralatan dapur lainnya sebelum ataupun sesudah digunakan.
9# Berendo Belakang
Sebenarnya ruangan satu ini merupakan serambi, hanya saja berlokasi di bagian belakang hunian. Dimana ruangan ini dijadikan sebagai tempat para wanita bersantai ria tanpa adanya batasan.
Ketika dilihat sekilas, ruangan pada rumah adat Bengkulu satu ini mengingatkan Anda pada rumah adat Umeak Potong Jang, Rumah Patah Sembilan, serta Rumah Kubung Beranak berkat bentuk bangunannya yang memang hampir serupa.
Kekayaan yang dimiliki Indonesia seakan tidak akan pernah puas dikulik, tidak terkecuali untuk bangunan tradisional khas Bengkulu. Bukan sekedar sebagai hunian semata, namun bangunan ini tampil unik dibandingkan rumah daerah lainnya.
Cukup dengan melihatnya sekilas, kemungkinan Anda menyadari bahwa bangunan satu ini tidak dibangun secara asal. Disebutkan pula bahwa terdapat sebuah tradisi adat terlebih dahulu sebelum menempati hunian tersebut.
Bahkan di setiap arsitektur bangunannya, mengandung filosofi yang mungkin tidak banyak diketahui oleh masyarakat modern seperti sekarang. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, harusnya kita bangga memiliki rumah tradisional satu ini.