Rumah adat batak menjadi daya tarik tersendiri dari kabupaten samosir. Secara keseluruhan, rumah tradisional batak dibagi menjadi dua jenis. Kedua jenis tersebut terdiri dari rumah banyak dihiasi dengan perhiasan (Jabu Batara Siang) ataupun rumah yang tidak dihiasi sedikitpun dengan sedikitpun perhiasan (Jabu Ereng).
Sedangkan dari segi bentuk, hunian khas Batak yang berukuran jauh lebih besar disebut Bolon dan yang berukuran kecil disebut Jabu Parbale balean. Bukan hanya cantik dan unik dipandang semata, namun hunian satu ini memiliki sejumlah makna dan filosofi.
Filosofi Rumah Tradisional Batak
Walaupun fungsi utamanya sebagai tempat tingggal, ternyata pembangunannya tidak dibuat sembarangan. Pasalnya bangunan ini memiliki filosofi pendirian yang masih berkaitan erat dengan pedoman hidup dalam pergaulan antar individu yang menempatinya.
Bahkan terdapat beragam nilai luhur yang terkandung dalam rumah tradisional satu ini. Bangunan ini pun memiliki filosofi sebagai cagar budaya, yang nantinya menjadi sarana pelestarian budaya dengan tujuan dapat diwariskan bagi generasi penerusnya.
Penting untuk diketahui bahwa bangunan satu ini memiliki filosofi dengan sejumlah makna yang terkandung di dalamnya. Untuk mengenal beberapa makna dari bangunan satu ini, silahkan simak ulasan berikut.
Makna Rumah Tradisional Batak
Siapa yang menduga bahwa rumah adat Batak bukan hanya sekedar indah dan unik semata, namun memiliki makna yang cukup luas. Kandungan maknanya yang cukup luas inilah yang perlu dikupas lebih dalam untuk mengenalnya lebih dalam.
Makna Lukisan dan Hiasan Rumah Tradisional Batak
Umumnya hunian satu ini akan ditinggali lima hingga enam anggota keluarga, dimana di dalamnya terdapat berbagai hiasan dan ukiran khas Batak yang membuatnya semakin unik dan tidak membosankan ketika dipandang.
Dari sekian banyak hiasan yang ada, ornamen Gorga banyak di temukan pada satu bangunannya. Ornamen Gorga sebenarnya merupakan lambang penolak bala mulai dari terhidar dari penyakit, bahaya, dan lain sebagainya.
Ornamen tersebut umumnya dibubuhkan pada dinding hunian bagian luarnya, serta memiliki tiga bentuk menyerupai kerbau, cicak, dan ular. Setiap bentuk ornamen Gorga tersebut ternyata memiliki artian tersendiri.
Gorga berbentuk berbentuk kerbau misalnya, dimana memiliki arti sebagai ucapan terima kasih bagi kerbau yang telah banyak membantu manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan hariannya.
Berbeda halnya dengan ornamen Gorba berbentuk ular, yang lebih dikaitkan erat dengan kepercayaan dari suku Bataknya sendiri. Dimana mereka mempercayai bila hunian yang dimasuki ular, nantinya penghuni akan mendapatkan berkah.
Sedangkan oramen Gorba berbentuk cicak, memiliki artian bahwa orang Batak dapat beradaptasi dengan mudah sehingga dapat hidup dimanapun dirinya berada. Yang berarti mereka dapat merantau jauh tanpa mengurangi rasa persaudaraannya.
Makna Setiap Bagian Rumah
Uniknya satu hunian khas Batak satu ini dibuat dari hasil gotong royong masyarakat sekitar. Bahan pembuatan bangunannya diambil dari kayu berkualitas terbaik, sehingga cukup awet dan kokoh hingga bertahun tahun lamanya telah ditinggali.
Para tukang kayu akan mengetuk beberapa kali untuk menentukan kualitas kayunya. Apabila keluar suara nyaring, maka kayu tersebut memiliki kualitas tinggi dan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk dijadikan sebagai bahan bangunan.
Sedangkan pondasinya berbentuk segi empat yang kemudian dipadukan dengan dinding dan tiang cukup kokoh. Pondasinya yang kokoh ini memiliki makna bahwa memikul beban berat bersama membuatnya terasa lebih ringan, dibandingkan harus memukulnya sendirian.
Sedangkan bagian atas rumah adat Batak ditopang menggunakan tiang berbentuk lurus nan cukup tinggi yang kerap disebut ninggor. Tiang penyangga ini memiliki makna sebagai kejujuran yang harus dijunjung tinggi oleh setiap individunya.
Bagian depan huniannya terlihat arop aropan, yang ternyata memiliki makna sebuah harapan agar penghuninya dapat hidup layak. Bahkan bagian penahan atap rumah yang berfungsi sebagai penahan atapnya memiliki makna tersendiri.
Dimana penahan atap rumah yang kerap disebut songsong boltak mengandung makna apabila terdapat tuan rumah kurang baik, ada baiknya dipendam di dalam hati tanpa mengutarakannya kepada siapapun juga.
Layaknya cara membersihkan hunian pada umumnya, rumah tradisional satu ini pun harus dibersihkan secara rutin. Dimana penghuni rumah harus menyapu kotoran hingga tidak bersisa, lalu membuangnya di lubang yang disebut telaga.
Lubang khusus pembuangan berbagai kotoran di dalam rumah tersebut berada di dekat daput masak. Proses pembersihan rumah ini pun mengandung makna untuk membuang seluruh keburukan maupun kesalahan dari dalam hunian.
Jika diperhatikan lebih teliti, Anda bisa menemukan semacam panggung kecil yang berfungsi sebagai tempat menyimpan padi. Ternyata tempat penyimpanan tersebut bermakna sebagai harapan untuk diberikan kelancaran.
Baca Juga : Rumah Adat Sumatera Utara
Struktur Rumah Tradisional Batak
Dilihat dari tingkatannya sendiri, hunian satu ini dibagi menjadi tiga bagian utama dengan fungsi berbeda. Beberapa bagian tersebut terdiri dari bagian bawah, tengah, dan atas.
Pada bagian bawahnya terdiri dari batu pondasi dan pasak yang tampak menusuk tiang serta tangga bangunannya. Sedangkan bagian tengahnya atau disebut Tonga terdiri dari dinding yang berada di bagian depan, samping dan juga belakang hunian.
Berbeda lagi dengan bagian atas hunian atau disebut Ginjang ini hanya terdiri dari atap saja. Namun di bawah atapnya terdapat urur, dimana di atas ururnya terbentang lais yang cukup kokoh agar tidak mudah roboh.
Penghuni memaksimalkan bagian bawah huniannya menjadi tempat ternak hewan seperti kerbau, sedangkan manusianya sendiri akan menempati bagian tengah bangunannya. Sedangkan di bagian atasnya difungsikan sebagai tempat penyimpanan benda keramat.
Dilihat dari keterangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap tingkatan bangunannya memiliki fungsi tersendiri. Untuk mengupasnya lebih dalam, silahkan simak lebih dalam mulai dari bagian atapnya hingga pintu masuk hunian berikut.
1. Bagian Atap
Jika diperhatikan seksama, kemungkinan Anda menyadari bahwa bagian atapnya terlihat tidak asing terlihat. Benar saja, sebab bagian atapnya terinspirasi dari punggung kerbau yang berbentuk sedikit melengkung.
Berkat konsep unik inilah, hunian terlihat lebih aerodinamis serta dapat melawan angin kencang yang berhembus dari arah danau. Alhasil rumah adat Batak menjadi lebih kokoh, walaupun diterpa angin kencang sekalipun tanpa menemui permasalahan berarti.
Bagian atapnya terbuat dari ijuk, dimana bahan pembangunan tersebut ternyata cukup mudah didapatkan di daerah tersebut. Daripada dibiarkan menumpuk begitu saja, akhirnya masyarakat sekitar pun memanfaatkannya sebagai bahan pembuatan atap.
Bagi masyarakat suku Batak, atap bangunan bukanlah sekedar memberikan perlindungan bagi isi bangunannya semata. Namun masyarakat menganggap atap sebagai sesuatu yang suci. Oleh karenanya tidak perlu heran jika mereka mambuatnya dari benda keramat.
Keunikan lainnya dapat ditemukan pada bentuk atapnya yang tampak lancip di bagian depan dan belakang. Bahkan panjang runcingan antara bagian depan dan belakang tidaklah sama, yang menandakan terdapat makna tertentu di dalamnya.
Sebab bagian depannya jauh lebih memanjang daripada bagian belakangnya, yang ternyata bermakna mendoakan agar keturunan dari sang pemilik rumah untuk memiliki masa depan lebih cerah.
2. Badan Rumah
Sesuai dengan pemberian namanya, badan rumah berada di bagian tengah bangunan yang difungsikan sebagai tempat tinggal penghuninya. Dalam mitologi Batak, mereka menyebut bangunan bagian tengah ini sebagai dunia tengah.
Dunia tengah ini bermakna sebagai tempat dimana segala aktifitas manusia berada. Mulai dari memasak, tidur, bersenda gurau, tidur, dan masih banyak lainnya. Di dunia tengah ini pula dilengkapi suku adat berupa hiasan ipon ipon.
Ipon ipon sendiri diyakini ampuh menolak bala, sehingga tidak mengherankan jika ornamen ini tampak menghiasi dinding hunian. Selain berfungsi sebagai penolak bala, ornamen ini justru menjadi hiasan unik yang tidak akan ditemukan pada hunian lainnya.
Lihat Juga : Rumah Adat Betawi
3. Pondasi Rumah
Jika diperhatikan seksama, Anda akan menyadari jika bagian podansi hunian menggunakan tipe cincin. Maksudnya material batu dijadikan sebagai tumpuan dari kolom kayu, yang berada di bagian atasnya agar dapat berdiri kokoh.
Tiang penyangga tersebut berdiameter 42 hingga 50 cm, dan berdiri di bagian atas batu ojahan yang memiliki struktur fleksibel. Perpaduan dari kayu dan batu ojahan, membuat bangunan tetap kokoh walaupun diterjang goncangan keras seperti gempa sekalipun.
Setiap hunian tradisional satu ini dilengkapi dengan 18 tiang, yang ternyata mengandung makna filosofis sebagai kebersamaan dan kekokohan. Ada alasan lain mengapa pondasi tipe umpak ini banyak digunakan oleh masyarakat sekitar.
Alasannya cukup sederhana, dimana jumlah batu ojahan dan kayu dahulunya cukup melimpah dan mudah ditemukan di sekitar tempat tinggal mereka. Pada zaman tersebut masih belum ditemukan bahan perekat material bangunan seperti semen.
4. Dinding Rumah
Penting diketahui bahwa proses pembangunan rumah adat Batak sendiri dilakukan dengan perhitungan matang dan berbagai pertimbangan. Keseriusan dalam pembuatannya, terlihat jelas dari bagian dindingnya yang sedikit miring.
Ternyata bentuk dindingnya tersebut dimaksudkan agar udara di sekitar dapat masuk ke dalam ruangan dengan mudah. Sedangkan tali yang terbuat dari ijuk dan rotan, difungsikan sebagai pengikat dinding hunian atau kerap disebut ret ret.
Tali pengikatnya berbentuk pola bak cicak berkepala dua yang saling bertolak belakang. Ternyata pola tali pengikat tersebut memiliki makna tersendiri, dimana masyarakat suku Batak menganggapnya sebagai kiasan penjaga rumah.
Sedangkan bentuk kepala yang saling bertolak belakang tersebut, mengandung arti bahwa penghuni rumahnya memiliki peran serupa dan harus saling menghormati satu sama lain. Inilah alasan mengapa bangunan satu ini tidak boleh dibangun sembarangan.
5. Pintu Masuk rumah
Makna selanjutnya dapat ditemukan pada bagian pintu masuk rumahnya yang tidak kalah unik untuk dikupas. Pasalnya pintu satu ini dikelilingi dengan berbagai ukiran berupa tulisan maupun lukisan cantik nan menawan.
Bahkan pintu rumah adat Batak yang memiliki lebar sekitar 80 cm dengan tinggi berkisar 1.5 m ini terlihat menjorok ke bagian dalam. Berkat keunikan pada bagian pintunya inilah yang membuat wisatawan tertarik menelusuri bagian dalamnya.
Setiap rumah tradisional tentunya memiliki keunikan tersendiri, tidak terkecuali pada hunian khas Batak satu ini. Bukan hanya sekedar indah dipandang berkat sejumlah ornamen dan bentuk bangunannya semata, namun setiap material bangunannya mengandung arti.
Dari sini sudah dapat disimpulkan bahwa pembangunan rumahnya tidak dilakukan sembarangan. Bahkan proses pembuatannya sendiri akan dilakukan secara gotong royong, yang menandakan ikatan persaudaraannya begitu erat.