Desain rumah adat Bali sangat mudah ditemukan dimana-mana. Bahkan tidak hanya bisa ditemukan di Bali saja, banyak orang yang tinggal di pulau Jawa juga turut membangun rumahnya menjadi bernuansa adat Bali. Karena memang Bali memiliki keanekaragaman adat dan budaya yang masih kental, sehingga hal ini membuat kota ini disukai oleh semua orang.
Siapapun yang berkunjung ke pulau Dewata pasti langsung dimanjakan oleh keindahan dan keragaman adat budayanya. Bahkan keindahannya sudah terkenal hingga mancanegara. Hal ini dikarenakan para masyarakat Bali selalu menjaga kelestarian budaya para leluhurnya dengan baik. Begitu pula untuk rumah adat yang ditempatinya.
Meskipun sudah banyak warga negara asing yang berdatangan keluar masuk ke pulau Dewata, ternyata hal ini tidak membuat para masyarakatnya menjadi goyah. Mereka tetap menjaga warisan leluhurnya dengan baik, tak heran bila hal ini membuat desain rumah adat Bali masih terjaga sampai sekarang.
Supaya mengenal rumah adat Bali lebih jauh, maka kami akan berikan sedikit penjelasan dari jenis bangunan, material, keunikan, dan struktur bangunannya. Dengan begitu, hal ini akan membuat Anda lebih menyadari betapa uniknya rumah adat yang ada di pulau Dewata dibandingkan yang lainnya.
Bangunan Rumah Adat Bali
Setiap desain rumah adat Bali itu ada cara tersendiri untuk membangunnya berdasarkan pedoman yang dianut. Sehingga dari sinilah membuat arsiteknya bisa mendesain rumah adat khas Bali seperti yang diinginkannya. Di bawah ini adalah macam-macam bangunan rumah yang digunakan pada adat Bali, antara lain:
- Angkul-angkul, bangunan rumah adat Bali yang satu ini berbentuk seperti gapura. Fungsi angkul-angkul adalah untuk pintu masuk. Hal yang membedakan antara bangunan angkul-angkul dengan lainnya adalah memiliki atap di bagian atasnya. Sehingga hal ini membuat bangunannya terlihat unik karena ada gapuranya yang membuat bangunannya memiliki karakteristik tersendiri.
- Aling-Aling, bangunan yang satu ini sangat dominan pada sebuah rumah adat Bali. Karena merupakan pembatas antara pekarangan rumah dan angkul-angkul. Sehingga aling-aling seringkali disebut sebagai tempat suci. Aling-aling itu sendiri memiliki arti tersendiri supaya didalam rumah dinaungi oleh hal-hal yang positif.
- Bangunan Sanggah, merupakan tempat suci pada rumah budaya Bali. Biasanya bangunan suci ini dibangun pada ujung timur laut rumah. Tujuan dibuatnya bangunan sanggah adalah supaya penghuni rumah bisa sembahyang bersama-sama dengan keluarga besar yang merupakan umat agama Hindu. Sehingga pemilik rumah adat Bali bisa lebih kusyu’.
- Bale Manten, bangunan khusus rumah adat Bali ini dibangun untuk kepala keluarga dan anak perempuan. Bale sendiri bentuknya persegi panjang dan umumnya ditaruh di sebelah timur. Biasanya setiap rumah adat di Bali memiliki 2 bale yang diletakkan di sebelah kanan dan kiri.
Material Bangunan Rumah Adat Bali
Material untuk pembuatan rumah adat Bali ini tidak sama untuk setiap orang karena banyak hal. Beberapa alasan utama yang membedakan pemakaian material bangunannya adalah karena perbedaan ekonomi dan tingkatan status sosialnya. Masyarakat Bali yang berada di kalangan menengah umumnya akan menggunakan tanah liat sebagai bahan bangunannya.
Sementara untuk masyarakat yang berasal dari kalangan atas memakai batu bata. Selanjutnya untuk kalangan bangsawan biasanya menggunakan material genteng tanah untuk atapnya. Sedangkan masyarakat biasa memakai ijuk atau alang-alang sebagai atap rumah. Jadi setiap material bangunan rumah adat Bali itu tidak sama seperti hunian pada umumnya.
Bagaimanapun juga gaya arsitektur dan rumah adat Bali itu tidak dibangun secara sembarangan begitu saja. Namun proses pembangunannya dibuat berdasarkan perhitungan dan konsep yang matang, sekaligus memperhatikan dari segi kesakralan. Tidak hanya itu saja, nilai budayanya juga ditanamkan pada setiap rumah.
Maka dari itu tak heran bila setiap desain rumah adat Bali ini terlihat sangat khas dan populer sampai ke belahan dunia. Karena nilai budayanya tidak hanya ditanamkan pada pembangunan pura saja. Namun proses pembangunan rumah khas Bali juga memperhitungkan dari segi nilai budaya yang diterapkan di pulau Dewata ini.
Lihat Juga : Rumah Adat Papua
Keunikan Bangunan Rumah Adat Bali
Sama halnya dengan arsitektur pada umumnya, rumah adat Bali juga memakai bahan lokal untuk mencerminkan tradisi budayanya. Gaya arsitekturnya sangat dipengaruhi oleh adat Jawa Kuno dan Hindu Bali. Beberapa bahan yang sering dipakai adalah kayu kelapa, jerami, jati, batu, dan bambu. Di bawah ini adalah beberapa keunikan dari rumah Bali:
- Gaya arsitektur rumah adat Bali itu tidak lepas dari unsur Hindu. Dimana didalamnya memuat seputar peraturan pembuatan rumah (puri) dan tempat ibadah (pura). Dalam manuskrip peraturan rumah Bali berdasarkan unsur Hindu menjelaskan bahwa pembangunan hunian seharusnya mengikuti aturan anotomi tubuh. Selain itu, prosesnya juga harus dibantu oleh sang undagi.
- Ciri khas dari rumah adat Bali lainnya adalah memiliki beberapa bangunan pada 1 lahan. Menariknya lagi adalah setiap bangunannya ternyata mempunyai fungsi yang tidak sama. Ruangan dapur dan kamar tidur biasanya dibuat terpisah, seperti tempat untuk beribadah, dll. Jadi rumah harus memiliki keseimbangan spiritual, lingkungan alam, dan unsur kehidupan manusia.
- Hampir setiap rumah adat Bali itu selalu berdasarkan kepercayaan Polytheisme, yaitu pemujaan kepada para dewa sebagai kebudayaan awal yang populer di pulau Dewata sebelum agama Hindu hadir di Bali. Kepercayaan ini terlihat dari desain arsitektur rumahnya. Tak heran bila sebagian besar orang Bali selalu membangun rumahnya menggunakan konsep terbuka.
Baca Juga : Rumah Adat Sulawesi Selatan
Struktur Rumah Adat Bali
Siapapun yang masuk ke rumah adat Bali pasti akan langsung merasakan kentalnya keragaman budaya pulau Dewata. Karena setiap depan rumahnya selalu ada gapura atau singgah. Tempat ini umumnya sering dipakai untuk sembahyang bagi orang Bali yang beragama Hindu. Dari sinilah semakin memperlihatkan bahwa adat yang diwariskan masih terjaga dengan baik.
Struktur bangunan rumah adat Bali itu sendiri terbagi atas beberapa ruangan. Untuk bangunan Penginjeng Karang merupakan ruangan untuk pemujaan sebagai tempat yang akan menjaga pekarangan. Namun bangunan ini tidak untuk ibadah, namun ada waktunya sendiri untuk menggunakan tempat pemujaan ini.
Bale Manten, dilihat dari namanya sudah jelas bahwa tempat rumah adat Bali ini berbau pengantin. Biasanya tempat ini digunakan untuk anak gadis atau kamar kepala keluarga, sekaligus ruangan penyimpanan barang. Ruangan ini biasanya dipakai oleh pasangan suami istri yang baru saja menikah.
Selanjutnya masih ada lagi Bale Gede (Adat), bangunan ini adalah bangunan untuk tempat berkumpulnya keluarga besar atau pertemuan adat Bali. Sedangkan Bale Dauh merupakan ruangan untuk tempat kerja atau pertemuan. Biasanya bangunan ini juga digunakan sebagai kamar untuk anak laki-laki para masyarakat Bali. Kemudian masih ada paon sebagai dapur dan lumbung untuk penyimpanan bahan makanan.
Melihat penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sebenarnya rumah adat di Bali itu merupakan sebuah simbol untuk masyarakat disana. Karena ada banyak makna filosofi yang digunakan pada rumah adat di Bali. Baik dari model rumah, tekstur, dll. Itulah sebabnya rumah adat Bali terlihat menarik karena kelestarian budayanya masih terjaga.